Melihat dari Dekat Perilaku Para Sopir Bus - Belakangan banyak sekali kasus kecelakaan yang melibatkan bus.
Bus antar provinsi kerap menimbulkan korban karena sopirnya yang ugal-ugalan.
Tim reporter khusus Harian SURYA mengamati dari dekat perilaku para sopir bus antarkota dalam provinsi.
Itu sebabnya, reporter SURYA sengaja memilih tempat duduk deretan terdepan dekat dengan pintu.
Tujuannya jelas, selain ingin merasakan sensasi berhadapan langsung dengan jalan raya, juga mencoba memotret dengan jelas perilaku sopir bus.
Hanya di posisi ini gerak gerik sopir bus bisa diamati dengan jelas.
Bus pertama adalah Sugeng Rahayu jurusan Surabaya-Yogyakarta. Tidak sulit untuk mendapatkan tumpangan dari bus ini.
Hampir setiap saat, bus selalu standby di pos bus di teminal. Baru sepuluh menit ngetem, kursi bus nyaris penuh penumpang.
Hasil reportase ini kami turunkan dalam laporan panjang dan bersambung di Harian SURYA mulai edisi 22 Oktober 2014. Bagi anda di luar Jawa Timur, SURYA e-paper dapat dibeli murah melalui Wayang Force atau GetScoop seperti dilansir Tribunnews.
Seperti biasa, kami juga mengundang anda untuk berpendapat melalui Facebook SURYA dan Twitter SURYA. Pendapat anda kami muat di Harian SURYA edisi berikutnya.
Mengapa kami mendalami topik #StopBusKebut-kebutan yang menyangkut keselamatan bersama ini?
Kita ingat, pekan lalu ada tragedi PO Harapan Jaya yang menewaskan tujuh penumpangnya di Waru, Sidoarjo. Penanganan polisi pun baru dimulai setelah Teguh Hariyanto, sopir yang kebut-kebutan menyerahkan diri.
Tapi, masyarakat yang sedang menunggu penyidikan, justru kembali disuguhi kasus kecelakaan bus lain.
Kali ini, giliran PO Sumber Selamat (dahulu PO Sumber Kencono) yang membuat nyawa penumpangnya melayang.
Peristiwanya terjadi di Jl Raya Desa Jogoloyo, Sumobito, Jombang, Selasa (21/10). Bus yang dikemudikan Suyanto itu menyeruduk truk yang berjalan santai di depannya.
Seorang penumpang, M Irwani (34), tewas. Tubuhnya terlempar dari kursi, lalu melayang keluar menerobos kaca depan, dan kemudian terinjak roda bus yang ditumpanginya itu.
Jumlah korban memang tidak sebanyak dalam tragedi PO Harapan Jaya yang menggemparkan itu. Tapi, satu hal yang pasti, dua kecelakaan berbeda itu sama-sama terkait kebut-kebutan.
Apakah laporan khusus ini hanya melihat dari satu sisi, yakni perilaku sopir? Tidak.
Perilaku kebut-kebutan itu tentu tidak muncul begitu saja. Adu cepat menyisir penumpang di jalanan menjadi pendorong utama.
Bagi mereka, kalah cepat menyisir penumpang, sama dengan membiarkan potensi uang diambil sopir bus yang lain.
Apalagi, perusahaan yang menaungi mereka juga memberlakukan target pendapatan. Juga target waktu untuk menyelesaikan perjalanan dalam satu trayek pulang dan pergi (PP).
Irama kerja sehari-hari inilah tanpa sadari membuat mereka melupakan bahaya besar yang selalu mengiringi.
Bus antar provinsi kerap menimbulkan korban karena sopirnya yang ugal-ugalan.
Tim reporter khusus Harian SURYA mengamati dari dekat perilaku para sopir bus antarkota dalam provinsi.
Itu sebabnya, reporter SURYA sengaja memilih tempat duduk deretan terdepan dekat dengan pintu.
Tujuannya jelas, selain ingin merasakan sensasi berhadapan langsung dengan jalan raya, juga mencoba memotret dengan jelas perilaku sopir bus.
Hanya di posisi ini gerak gerik sopir bus bisa diamati dengan jelas.
Bus pertama adalah Sugeng Rahayu jurusan Surabaya-Yogyakarta. Tidak sulit untuk mendapatkan tumpangan dari bus ini.
Hampir setiap saat, bus selalu standby di pos bus di teminal. Baru sepuluh menit ngetem, kursi bus nyaris penuh penumpang.
Hasil reportase ini kami turunkan dalam laporan panjang dan bersambung di Harian SURYA mulai edisi 22 Oktober 2014. Bagi anda di luar Jawa Timur, SURYA e-paper dapat dibeli murah melalui Wayang Force atau GetScoop seperti dilansir Tribunnews.
Seperti biasa, kami juga mengundang anda untuk berpendapat melalui Facebook SURYA dan Twitter SURYA. Pendapat anda kami muat di Harian SURYA edisi berikutnya.
Mengapa kami mendalami topik #StopBusKebut-kebutan yang menyangkut keselamatan bersama ini?
Kita ingat, pekan lalu ada tragedi PO Harapan Jaya yang menewaskan tujuh penumpangnya di Waru, Sidoarjo. Penanganan polisi pun baru dimulai setelah Teguh Hariyanto, sopir yang kebut-kebutan menyerahkan diri.
Tapi, masyarakat yang sedang menunggu penyidikan, justru kembali disuguhi kasus kecelakaan bus lain.
Kali ini, giliran PO Sumber Selamat (dahulu PO Sumber Kencono) yang membuat nyawa penumpangnya melayang.
Peristiwanya terjadi di Jl Raya Desa Jogoloyo, Sumobito, Jombang, Selasa (21/10). Bus yang dikemudikan Suyanto itu menyeruduk truk yang berjalan santai di depannya.
Seorang penumpang, M Irwani (34), tewas. Tubuhnya terlempar dari kursi, lalu melayang keluar menerobos kaca depan, dan kemudian terinjak roda bus yang ditumpanginya itu.
Jumlah korban memang tidak sebanyak dalam tragedi PO Harapan Jaya yang menggemparkan itu. Tapi, satu hal yang pasti, dua kecelakaan berbeda itu sama-sama terkait kebut-kebutan.
Apakah laporan khusus ini hanya melihat dari satu sisi, yakni perilaku sopir? Tidak.
Perilaku kebut-kebutan itu tentu tidak muncul begitu saja. Adu cepat menyisir penumpang di jalanan menjadi pendorong utama.
Bagi mereka, kalah cepat menyisir penumpang, sama dengan membiarkan potensi uang diambil sopir bus yang lain.
Apalagi, perusahaan yang menaungi mereka juga memberlakukan target pendapatan. Juga target waktu untuk menyelesaikan perjalanan dalam satu trayek pulang dan pergi (PP).
Irama kerja sehari-hari inilah tanpa sadari membuat mereka melupakan bahaya besar yang selalu mengiringi.
Anda sedang membaca artikel tentang Melihat dari Dekat Perilaku Para Sopir Bus dan Anda bisa menemukan artikel Melihat dari Dekat Perilaku Para Sopir Bus ini dengan url http://gratisan69.blogspot.com/2014/10/melihat-dari-dekat-perilaku-para-sopir.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Melihat dari Dekat Perilaku Para Sopir Bus ini jika memang bermanfaat bagi Anda atau teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar