Sabtu, 23 Juli 2011

Punahnya dinosaurus masih menjadi perdebatan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOnsVpP7a28aGwdSYBqr-CAeC6Mj6axZvrEBA9ZESQuPzUCRzvgli7K9Wy_dicAH9wDFAM0Cr1eB2IhsS9ryIc0LScImcBDIPexk4RX5N-Q5-JwL6rJOfOZVDRQBBTsI1PmyNyuCpoFnNs/s1600/dinosaur1.jpg

Ilmuwan telah lama percaya bahwa dinosaurus punah akibat meteor raksasa yang menghantam Bumi sekitar 65 juta tahun lalu. Paham yang kemudian dikenal dengan nama Teori Tabrakan Meteor atau Teori Kepunahan Kapur Tersier. Di mana teori itu kemudian menjadi pegangan para ilmuwan selama 30 tahun terakhir untuk menjelaskan akhir cerita hewan purba tersebut. Meski sempat disanggah pada paleontolog, ilmuwan hewan-hewan prasejarah, temuan baru justru memperkuat paham usang tersebut.

Sebelumnya, Teori Tabrakan Meteor dikemukakan pertama kali oleh ahli geologi Amerika Serikat, Walter Alvarez, bersama ayahnya, Luis Alvarez pada 1980. Yang menyebutkan bahwa 65 juta tahun yang lalu, sebuah meteor seluas 5 hingga 15 kilometer persegi menghantam kawasan yang kini dikenal sebagai Semenanjung Yucatan, Meksiko bagian selatan. Hantaman meteor tersebut menimbulkan ledakan nuklir dengan kekuatan mencapai sedikitnya 96 teraton TNT atau sekitar dua juta kali lebih kuat dari Tsar Bomba, ledakan bom atom terbesar yang pernah dibuat manusia yang diuji oleh Uni Soviet pada 1961.

Ledakan itu kemudian mengakibatkan gelombang tsunami mencapai ribuan meter dan menyebabkan miliaran ton debu dan pasir bertebaran ke angkasa hingga menyebabkan cahaya matahari tak bisa menembus Bumi. Situasi itu disebut para ahli sebagai "musim dingin nuklir" di mana tumbuhan termasuk dinosaurus yang telah hidup selama 150 juta tahun pun musnah karena tidak dapat bertahan hidup.

Namun bagi paleontolog, ilmuwan hewan-hewan prasejarah, bersikukuh bahwa teori itu salah besar. Mereka-mereka yang termasuk kalangan revisionis ini, tidak membantah bukti-bukti yang disajikan teori Kepunahan Kapur-Tersier. Tapi mereka yakin bahwa dinosaurus telah lama punah sebelum adanya tabrakan meteor tersebut.

Keyakinan itu didasari bukti temuan endapan lapisan tebal tanpa fosil dinosaurus di lokasi yang selama ini menjadi tambang emas yang berada di timur negara bagian Montana dan barat negara bagian Dakota Utara, Amerika Serikat.

Celah Tiga Meter
Mereka mengklaim lapisan setebal tiga meter atau sekitar 10 kaki yang berada di bawah endapan Kapur-Tersier tampak bersih dari fosil dinosaurus. Berdasarkan temuan ini, mereka menyimpulkan bahwa dinosaurus sebenarnya telah perlahan-lahan punah sebelum meteor raksasa menghantam kawasan Semenanjung Yucatan. Di kalangan ahli paleontologi, perdebatan dari soal mana yang benar dari kedua teori ini dikenal dengan julukan perdebatan "celah tiga meter".

Namun sekelompok ilmuwan yang dipimpin Tyler Lyson dari Universitas Yale, Amerika Serikat, dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Biology Letters, Rabu lalu, menyatakan telah menemukan bukti kuat bahwa pandangan kalangan revisionis salah.

Lyson dan kawan-kawannya mengaku telah menemukan cula sepanjang 45 sentimeter milik Triceratops (dinosaurus berbentuk seperti badak) di kedalaman 13 sentimeter di bawah endapan awal Kapur-Tersier. Atau dengan kata lain, dari lapisan setebal tiga meter yang sebelumnya dijadikan bukti untuk membantah teori ledakan meteor itu sendiri.

Mereka menemukan cula purba ini di sebuah bukit bernama Camel Butte yang terletak di kawasan bebatuan purba Hell Creek Formation, Montana bagian barat laut. "Penemuan fosil dinosaurus di kedalaman tersebut menunjukkan bahwa celah tiga meter tidak terbukti dan menggugurkan hipotesis yang menyatakan bahwa dinosaurus telah punah sebelum hantaman meteor," demikian laporan yang dipublikasikan Lyson dan kelompoknya seperti dikutip AFP.

Misteri yang Tersisa
Namun Lyson mengakui tetap masih ada misteri yang tersisa dan belum terjawab dari penemuannya ini. Hingga kini, para ilmuwan masih belum menemukan jawaban pasti mengapa tak ada satu pun fosil ditemukan di lapisan setebal 125 sentimeter yang berasal dari masa pasca terjadinya ledakan.

Jika memang dinosaurus punah setelah terjadinya ledakan meteor raksasa di Semenanjung Yucatan, bagaimana mungkin tak ada satu pun sisa fosil mereka di temukan di lapisan itu? Mengenai persoalan ini, Lyson hanya bisa mengajak para ilmuwan melakukan lebih banyak penelitian, untuk menjawab misteri tersebut.




Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar