CHEF Tatang meninggal dunia pada Kamis (3/5) dini hari pukul 00.45 WIB akibat serangan jantung.
Majalah Urban Style edisi April 2010 pernah memuat
profilnya. Kami muat lagi di sini untuk mengenang kepergiannya. Majalah
ini masih satu group usaha dengan situs ini namun sekarang sudah tidak
terbit lagi.
HUJAN deras mengguyur Jakarta saat Urban Syyle menanti kedatangan Chef Tatang. Dari bandara Soekarno-Hatta, pria kelahiran 13 Desember 1965 (di Wikipedia ditulis lahir 1966--red)
ini langsung menuju Chef Tatang Gourmet, lokasi pemotretan dan
wawancara. "Saya baru mendarat dari Yogyakarta," ceritanya. Seakan tanpa
lelah, pria awet muda ini meladeni Urban Style dengan antusias. "Santai saja, ya. Sambil pesan minum atau ambil es krim," ujarnya.
Sembari menyantap es krim, ayah tiga anak ini mengisahkan perjalanan
kariernya. Tatang memulai karier di bidang kuliner dengan menjadi koki
demo masak keliling di acara RT atau kelurahan. Tahun 1986, bersama Rudi
Chiorudin, ia dipercaya menjadi koki di TVRI. Saat Rudi memutuskan
pindah ke TV swasta, Tatang memilih terjun ke dunia perhotelan.
"Saya ikut chef training selama 6 bulan di Hotel Borobudur,
yang saat itu masih bernama Intercon," kenangnya. Usai training, Tatang
merintis karier di Hotel Aryaduta dan Grand Hyatt. ‘Saya mulai mengenal
apa dan bagaimana mengelola industrial kitchen, kitchen staff, banquet atau mempersiapkan wedding,” terang pria yang ketika di Penang harus menyediakan 52 masakan Indonesia untuk buffett setiap minggunya. Selain Malaysia, Tatang sempat ditempatkan di Melbourne, Ho Chi Minh City, dan Swiss.
Sekembalinya
ke Indonesia, penyuka parfum Bulgari ini masih berkutat di beberapa
hotel bintang lima. Gebrakan yang ia lakukan, menjadi executive chef Asia pertama di Hotel Mandarin Oriental Indonesia pada 1998. “Sejak berdiri tahun 1978, executive chef di Hotel Mandarin Oriental Indonesia selalu ekspatriat. Saya chef berdarah Asia pertama,” paparnya.
Bukan tanpa halangan, tak sedikit yang sempat meragukan keahliannya.
“Saya selalu percaya dengan keahlian, keberanian, dan keberuntungan,”
terangnya.
Tahun 2000, Tatang memilih keluar dari dunia perhotelan, menjadi chef
di Sogo. “Dulu sempat ada Spice Garden, saya bertanggung jawab di
sana,” katanya. Pelahap soto Betawi ini juga kembali ke dunia TV dengan
menjadi host Chinese Food (TPI) yang bertahan hingga 153 episode. Pria dengan tinggi 195 cm ini juga sempat mengisi Cobain Deh (antv), Ceriwis (Trans TV) dan beberapa acara lain. Terakhir, Tatang menjadi host acara Food Festival
(Metro TV) di mana ia mendampingi isti Duta Besar di Indonesia memasak
hidangan khas negara masing-masing. ‘Paling berkesan saat menemani istri
Duta Besar Portugal. Memasak dessert yang berbahan dasar kuning telur.
Unik dan lezat,” tutur pengagum Soekarno ini.
Usaha restoran juga ditekuni Tatang pada tahun 2004 dengan membuka
Fusion Tofu di Dharmawangsa Square. “Resto ini menjual aneka ofu. Menu
favorit di sana ada Tahu Meteor dan Crunchy Tofu with Wasabi,” ucapnya.
Tak heran jika ia dijuluki bapak fusion oleh sebuah majalah.
“Ilmu fusion saya dapatkan saat bekerja di Melbourne. Karena di kota itu banyak pendatang, tidak ada masakan yang orisinal. East meets west,” kenangnya.
Fusion Tofu tutup tahun 2007. Di tahun yang sama, bersama rekanny, ia
membuka Bricks Café di Sky Dining Plaza Semanggi. Restoran dengan menu
favorit pizza dan ayam panggang ini bahkan telah membuka cabang di Teras
Kota, BSD.
Terakhir, ia membuka Chef Tatang Gourmet di jalan Ahmad Dahlan.
“Awalnya saya hendak membuka sekolah masak. Tapi setelah diskusi dengan
rekan, kami memadukan dengan restoran,” ujar anak ke 7 dari 8 bersaudara
ini. Di Chef Tatang Gourmet, Anda bisa memilih aneka daging beku, keju,
rempah-rempah/bumbu hingga olive oil. Akan ada chef yang siap mendampingi Anda memasak. “Namun sejauh ini kebanyakan penghunjung yang datang hanya memesan makanan,” jelasnya.
Ketika disinggung makanan favoritnya, Tatang menjatuhkan pilihan pada
masakan Indonesia. “Paling suka Nasi Goreng Kambing dan Soto Betawi,”
ungkapnya. Tempat makan mendapatkan makanan favoritnya juga tidak
neko-neko. “Saya suka makan di warung pinggir jalan. Kebetulan di Pasar
Rawamangun, tak jauh dari rumah, ada jajaran warung pinggir jalan enak,”
kata penyuka warna oranye ini.
Dengan beragam kesibukan, ia masih sempat mengurus Chef Tatang
Management, wadah yang mempekerjakan beberapa chef termasuk dirinya.
“Chef Tatang Management memberikan jasa chef handal untuk acara demo masak. Ada chef dari restoran dan hotel,” jelas penikmat musik P.Ramlee ini.
“Chef itu ibarat gelar dokter. Mesti paham betul seluk beluk dapur
dan masakan. Harus mengerti tentang sistem, hygiene, nutrisi, sampai
listrik yang sesuai untuk oven atau pipa pembuangan asap wajib
diperhatikan,” terangnya.
Beberapa chef yang ada di bawah manajemennya: Chef Deddy,
Chef Koko, dan Chef Hendra. “Chef Hendra cukup dikenal di Surabaya.
Memiliki program di TV lokal, dan memiliki ciri khas bernyanyi sambil
memasak. Makanya ia dijuluki The Singing Chef,” ceritanya. Wah,
kira-kira bakal ada dancing chef tidak, ya?
Sebelumnya dimuat di majalah URBAN STYLE, Tahun II, No. 29, April 2010.
sumber : http://www.tabloidbintang.com/berita/sosok/53656-mengenang-chef-tatang-1965-2012.html
Anda sedang membaca artikel tentang Mengenang Chef Tatang (1965-2012) dan Anda bisa menemukan artikel Mengenang Chef Tatang (1965-2012) ini dengan url http://gratisan69.blogspot.com/2012/05/mengenang-chef-tatang-1965-2012.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Mengenang Chef Tatang (1965-2012) ini jika memang bermanfaat bagi Anda atau teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar