Minggu, 05 Agustus 2012

6 Skandal Terburuk dalam Sejarah Olimpiade

foto
6 Skandal Terburuk dalam Sejarah Olimpiade   - Skandal Rabu atas permainan bulutangkis putri - pertama oleh sepasang pemain Cina dan kemudian diikuti oleh tiga orang lainnya dari Korea Selatan dan Indonesia - yang mengarah ke diskualifikasi, menambah panjang catatan pelanggaran yang terjadi selama ajang Olimpiade London 2012. Tapi, apa yang terjadi atas mereka masih rendah "derajat"-nya ketimbang skandal lain yang pernah terjadi dalam sejarah Olimpiade.

Berikut ini adalah enam skandal yang paling memalukan yang mencoreng semangat sportivitas dalam Olimpiade:

Serangan pada Nancy Kerrigan
Pada 6 Januari 1994, selama sesi latihan untuk U.S. Figure Skating Championships 1994 di Detroit, atlet skater Amerika Serikat, Nancy Kerrigan, yang difavoritkan meraih medali emas, dipukuli di lutut sebagai bagian dari plot untuk menggagalkan ambisi Olimpiade-nya.

Pesaingnya, Tonya Harding, mencoba untuk menutupi serangan itu, yang dilakukan oleh Shane Stant, yang dipekerjakan oleh mantan suaminya. Dia akhirnya duduk di kursi pesakitan namun berhasil ''menawar'' hukuman menjadi hanya tiga tahun masa percobaan, 500 jam pelayanan masyarakat dan denda US$ 160 ribu. Tapi skandal itu menjadi yang paling dipublikasikan dalam sejarah Olimpiade.

Kaki Kerrigan tidak cedera, dan ia mampu bersaing dalam Olimpiade Musim Dingin di Lillehammer, Norwegia, di tahun yang sama. Ketika keduanya berhadapan, pertandingan mereka menjadi yang paling banyak ditonton dalam Olimpiade kala itu. Kerrigan memenangkan medali perak dalam kompetisi, sementara Harding duduk di urutan kedelapan.

Jual beli suara
Kesalahan dibuat pasangan skater Rusia, Elena Berezhnaya dan Anton Sikharulidze dalam Olimpiade 2002, dan penampilan sempurna dibuat pasangan skater Kanada Jamie Sale dan David Pelletier. Namun hasilnya tak tercermin dalam hasil kejuaraan.

Hampir semua orang menduga pasangan Kanada mendapatkan medali emas. Tapi lima hakim memberikannya kepada orang Rusia, sementara hanya empat kepada pasangan Kanada. Sale- Pelletier menerima medali perak di tengah kecaman dari media Kanada dan Amerika Serikat.

Tapi hari berikutnya seorang hakim Prancis, Marie-Reine Le Gougne, mengakui ia telah dibeli. Rusia berjanji akan memberi tempat pertama bagi tim penari es Prancis jika dia menyerahkan suaranya untuk Berezhnaya dan Sikharulidze.

Akhirnya diputuskan, Rusia dan Kanada berbagi medali emas.


Medali Emas Korea Selatan ''Dicuri''
Juga di Olimpiade 2002, kompetisi speedskating menghasilkan kontroversi yang panas saat Korea Selatan menuduh bahwa medali emas mereka telah dicuri.

Kim Dong Sung selesai pertama di speedskating lintasan pendek 1.500 meter. Dia mengambil putaran kemenangan dengan bendera Korea Selatan.

Tapi tiba-tiba, perayaan itu berbuah pahit ketika diumumkan bahwa yang berhak meraih emas adalah atlet AS, Apolo Ohno, dan bahwa Kim didiskualifikasi karena memblokir Ohno di lap terakhir.

Wasit asal Australia, James Hewish, menyatakan bahwa Kim pindah ke jalur Ohno yang berada di urutan kedua, ketika Ohno terlihat memberi isyarat dengan tangannya seolah-olah keluar dari jalan Kim. Kepala delegasi Korea Selatan menuduh bahwa wasit telah membuat keputusan hanya berdasarkan isyarat itu, tidak berdasar fakta di lapangan.

Sebagai reaksi terhadap berita tentang diskualifikasi Kim, Ohno jadi bulan-bulanan pers Korea Selatan. Kantor berita resmi Korsel, Yonhap menjuluki "aksi ala Hollywood" untuk ulahnya.

Skandal Ben Johnson
Sprinter Kanada Ben Johnson memiliki karir cemerlang. Pada tahun 1987, rekor 100 meter dunianya mencatat waktu 9,79 detik, membuatnya mendapat julukan "Benfastic."

Tapi hanya tiga hari setelah ia memecahkan rekor itu, medali emasnya dilucuti. Sampel urinnya mengandung steroid stanozolol, dan Johnson mengaku mengonsumsi steroid ketika dia mengatur catatan 9,79 detik.

Johnson dan pelatih Charlie Francis bersaksi bahwa Johnson mengonsumsinya hanya untuk peningkat kinerja untuk tetap pada pijakan, dan atlet lain yang juga menggunakannya.

Dalam buku berjudul Speed Trap, Francis menyatakan semua atlet terbaik di akhir 1980-an semua menggunakan steroid.

Kebohongan atlet Marion Jones 
Pelari Marion Jones dihukum enam bulan penjara pada tahun 2008 karena berbohong kepada jaksa federal yang menyelidiki penggunaan steroid.

Tuduhan penggunaan steroid telah mengikuti Jones sepanjang karir berlarinya, yang dimulai sejak SMA. Dia tegas membantah hubungan apapun dengan obat-obatan untuk meningkatkan kinerja  sampai 2007, ketika dia mengaku berbohong kepada agen federal tentang penggunaan steroid sebelum Olimpiade Sydney 2000. Pada konferensi pers, dia secara terbuka mengakui bahwa dia, pada kenyataannya, mengonsumsinya.

"Saya berdiri di hadapan Anda dan memberitahu Anda bahwa saya telah mengkhianati kepercayaan Anda ... dan Anda memiliki hak untuk marah pada saya ... saya membiarkan negara saya malu dan saya mengecewakan diri saya sendiri," katanya dalam konferensi pers.

Pada Desember 2007, Komite Olimpiade Internasional dilucuti Jones dari lima medali dalam Olimpiade itu. Dalam sebuah wawancara dengan Oprah Winfrey pada bulan Oktober 2008, Jones mengklaim bahwa dia sebenarnya bisa memenangkan emas di Sydney tanpa mengonsumsi steroid.

Emas Roy Jones Jr Dirampok
Empat belas tahun sebelum Korea Selatan mengklaim medali Kim Dong Sung dirampok, atlet tinju AS pernah mengalaminya.

Setelah final tinju di Olimpiade Seoul 1988, di mana petinju AS Roy Jones Jr. pencatat 86 pukulan pada lawannya, petinju Korea Selatan Park Si-Hun yang hanya mencatat 32 pukulan. Namun, Park dimenangkan dalam pertandingan itu.

Tak lama,  satu hakim mengakui bahwa keputusan adalah sebuah kesalahan. Akhirnya, pada tahun 1997, sebuah investigasi Komite Olimpiade Internasional menetapkan bahwa para pejabat Korea Selatan telah menyuap hakim dengan mentraktir makan malam dan minum anggur.

Namun, keputusan komite menetapkan Park tetap berhak atas medali emasnya.
 
 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar