Sepatu olahraga kini tidak hanya menawarkan model yang bagus, tetapi
juga fungsi. Setiap sepatu didesain untuk menyesuaikan pergerakan tubuh
dan kondisi lapangan tempat olahraga tersebut dilakukan. Sebut saja
sepatu untuk lari.
Tahun 1972, salah satu pendiri Nike yang juga
pelatih lari Olimpiade, Bill Bowerman, merancang sepatu yang kemudian
mengubah alur olahraga lari. Sepatu Nike Cortez tercipta, karena atlet
membutuhkan sepatu lari yang nyaman dan tahan lama, baik untuk lari
jarak jauh maupun sprint.
Untuk memperingati terciptanya
sepatu lari ikonik ini, Nike merayakan 40 tahun keberadaan Nike Cortez
dengan meluncurkan kampanye "Cortez 40/40". Sebanyak 40 seniman dan
selebritas dari lima negara di Asia Tenggara bekerja sama untuk
menciptakan 40 karya seni yang berbeda di atas sepatu yang mengungkapkan
kisah Cortez dan merayakan keberadaan sepatu klasik ini.
Lima negara yang berpartisipasi di antaranya Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand. Masing-masing negara memperoleh kesempatan memilih delapan seniman untuk menghasilkan 40 desain sepatu yang unik se-Asia Tenggara. Indonesia sendiri memilih delapan seniman, baik grup maupun individu, untuk berpartisipasi.
"Masing-masing desain sepatu hanya dibuat satu, jadi tidak diproduksi secara massal untuk dijual. Desain-desain ini dibuat hanya untuk memperingati ulang tahun Nike Cortez yang ke-40," ungkap Nino Priambodo, Marketing Manager PT Nike Indonesia, dalam jumpa pers di Menteng Central, Jakarta, Kamis (31/5/2012) lalu.
Delapan seniman (grup dan individu) yang terpilih oleh Nike Indonesia adalah Darbotz, Kandura, Nikicio, TUTU, Nsane5, Studio1212, Ardo Ardhana, dan Ykha Amelz. Berikut karya mereka yang dipamerkan di Soleplay, Menteng Central, kemarin.
Ykha Amlez
Lima negara yang berpartisipasi di antaranya Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand. Masing-masing negara memperoleh kesempatan memilih delapan seniman untuk menghasilkan 40 desain sepatu yang unik se-Asia Tenggara. Indonesia sendiri memilih delapan seniman, baik grup maupun individu, untuk berpartisipasi.
"Masing-masing desain sepatu hanya dibuat satu, jadi tidak diproduksi secara massal untuk dijual. Desain-desain ini dibuat hanya untuk memperingati ulang tahun Nike Cortez yang ke-40," ungkap Nino Priambodo, Marketing Manager PT Nike Indonesia, dalam jumpa pers di Menteng Central, Jakarta, Kamis (31/5/2012) lalu.
Delapan seniman (grup dan individu) yang terpilih oleh Nike Indonesia adalah Darbotz, Kandura, Nikicio, TUTU, Nsane5, Studio1212, Ardo Ardhana, dan Ykha Amelz. Berikut karya mereka yang dipamerkan di Soleplay, Menteng Central, kemarin.
Ykha Amlez
Ilustrator
dan desainer grafis ini mempersembahkan karya yang memiliki konsep
keseimbangan antara sepatu lari yang nyaman dan pemakainya. Perasaan
menyatu yang didapatkan saat berlari dengan sepatu ini meleburkan pelari
dengan jalan yang dilaluinya, begitu juga dengan lingkungan sekitarnya.
Karya ini pun diberi nama "Melt With You".
Kandura
Empat
sekawan perancang dan pecinta keramik bersatu menginterpretasi ulang
kualitas visual Nike Cortez dengan menggunakan estetika dan materi
mereka sendiri. Mereka memilih terra-cotta dan jalinan benang wol karena
dianggap memiliki kualitas yang setara.
TUTU
TUTU
adalah seorang pelopor grafiti di Indonesia dengan desainnya yang rumit
dan penuh warna. Konsep dasar dari desainnya kali ini adalah mengubah
materi dan komponen sepatu legendaris ini, tapi tetap mempertahankan
gaya dan fungsinya. Ia memadukan bahan kulit dan kanvas untuk memberi
aksen yang berbeda namun tetap fungsional.
Ardo Ardhana
Ardo
adalah direktur seni dan pendiri dari Else Press. Ardo menamakan
karyanya "Fossus", yang secara harafiah memang "menggali" sisa-sisa
organisme dan tumbuhan dari masa lalu yang diawetkan. Ia menggunakan
ukiran kayu padat, dilapisi resin khusus, dan warna alami yang tampak
tak selesai. Ardo menampilkan bentuk asli Cortez pada generasi pemakai
yang baru.
NSane5
Ia
ini seniman grafiti yang disegani karena inovasi hurufnya, juga pendiri
MASE CREW, tim grafiti Indonesia. Ia menamakan kreasinya "Jungle
Concrete" yang menggambarkan kesulitan, kebingungan, kekelaman, dan
keinginan untuk menemukan kebebasan. Hasilnya adalah swoosh
(logo yang menjadi ciri khas Nike) berpola safari dan kulit coklat, yang
ditata di dalam kotak kayu, dengan sendok sepatu dan sikat untuk
membersihkan.
Darbotz
Ia
adalah seniman grafiti yang terkenal dengan ciri khas ikonik "cumi".
Kesederhanaan adalah kunci dari proyek ini. Darbotz memotong swoosh kulit dan mengubahnya menjadi swoosh grafis untuk memberikan sentuhan dinamis. Ia mengubah tali sepatu yang asli dengan tali sepatu boots yang memberi kesan kontras. Tak lupa ciri khasnya, "cumi", yang diselipkan di belakang sepatu dan kotaknya.
Nina Nikicio
Sepatu
lari dengan aksen bulu-bulu? Mengapa tidak? Perancang busana ini memang
suka menyelipkan humor dalam karyanya. Untuk karyanya yang diberi nama
"Super Funny Animal" ini, Nina mengubah sepatu olahraga menjadi kaki
monster yang lembut, berbulu, dan berkuku.
Studio 1212
Merupakan
Creative Agency yang terdiri atas sekelompok individu yang memiliki
visi dan misi yang serupa. Karya bernama "In the Flesh" ini terbuat dari
kerutan kulit. Tenang saja, bukan kulit manusia, melainkan kulit kayu
dari pohon. Dengan mempertahankan kualitas yang menjadi ciri khas
Cortez, karya ini mengakui kematangan Cortez yang seringkali dilupakan
orang.
Anda sedang membaca artikel tentang 8 Sepatu Nike Ini Tak Bisa Dibeli dan Anda bisa menemukan artikel 8 Sepatu Nike Ini Tak Bisa Dibeli ini dengan url http://gratisan69.blogspot.com/2012/06/8-sepatu-nike-ini-tak-bisa-dibeli.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel 8 Sepatu Nike Ini Tak Bisa Dibeli ini jika memang bermanfaat bagi Anda atau teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar