Setidaknya ada 10 hal
pengeluaran yang selama ini bisa menggerogoti keuangan masyarakat AS.
Pengeluaran tersebut umumnya tidak terlalu penting namun seringkali
tidak disadari masyarakat.
Walau informasi ini berkaca dari
pengeluaran masyarakat AS, namun dengan perekonomian dunia yang semakin
seragam, kondisi di negara maju ini bisa dijadikan acuan bagi
masyarakat di tanah air untuk lebih bijak dalam membelanjakan uangnya.
Inilah 10 pengeluaran yang sebenarnya memboroskan uang belanja namun seringkali tidak disadari masyarakat:
1. Biaya ATM
Penggunaan
mesin anjungan tunai mandiri (ATM) terdekat dibandingkan dengan
bertransaksi di bank atau menggunakan ATM milik bank tempat menyimpan
dana, diperkirakan menelan biaya pengeluaran sekitar US$5 (Rp45 ribu).
Bank biasanya mengenakan biaya untuk jaringan dan mesin ATM juga
mengenakan biaya sendiri.
ATM milik bank tempat nasabah menyimpan dana biasanya tidak akan mengenakan biaya sepeser pun.
"Anda bisa mengisi tanki
kendaraan dengan menggunakan tabungan," kata Gary Thurber, assistant
director of community relations at Consumer Credit Counseling Service of
New York. Thurber telah menangani nasabah yang menggunakan 5-10
transaksi di ATM yang bukan fasilitas dari bank tempat nasabahnya
menabung. Kalau dihitung, pengeluaran untuk transaksi nasabah ini bisa
mencapai US$40 (Rp360 ribu) atau hampir US$500 (Rp4,5 juta) per tahun.
2. Tiket lotere
Para
pembeli tiket lotere sebenarnya menyadari bahwa mereka lebih banyak
disambar halilintar dibandingkan memenangkan hadiah lotere. Namun hal
itu tidak menghentikan mereka membeli tiket lotere tersebut.
North American Association of
State and Provincial Lotteries mencatat sepanjang tahun 2010, lebih dari
US$70 miliar (Rp630 triliun) uang masyarakat digunakan untuk membeli
tiket. Dari uang tersebut, hanya US$38 miliar (Rp342 triliun) yang
berhasil memperoleh hadiah.
Thurber mengatakan, banyak
nasabahnya yang menghabiskan sekitar US$10-20 (Rp90.000-180.000) per
minggu untuk membeli tiket lotere atau sekutar US$520-1.240 (Rp4,68 juta
- Rp11,16 juta) per tahun. Hingga kini, belum ada satupun nasabahnya
yang berhasil memenangkan jackpot dari lotere tersebut.
3. "Ngopi"
Menghabiskan
sedikit dari uang untuk membeli kopi di sebuah kedai kelihatannya
memang murah. Namun jika dibayangkan, uang yang dibayarkan untuk membeli
kopi sebenarnya bisa disimpan seluruhnya dan diganti dengan menikmati
kopi di rumah.
Data mint.com menunjukan, warga
AS tercatat menghabiskan rata-rata US$8,43 (Rp75.870) setiap kali mereka
membeli kopi di toko. Dengan total minuman berkafein yang diminum
rata-rata sebanyak 46 kali pada tahun lalu, pengeluaran untuk kegiatan
"ngopi' ini bisa mencapai US$385,97 (Rp3,23 juta) per tahun.
Untuk peminum harian,
pengeluaran untuk kegiatan ini bisa mencapai ribuan dollar. Thurber
kembali mengatakan bahwa nasabahnya menghabiskan tidak kurang dari US$4
(Rp36 ribu) untuk secangkir kopi setiap hari kerja, atau sebulan
mencapai US$80 (Rp720 ribu). Jika dihitung selama setahun, pengeluaran
mereka bisa mencapai US$1000 (Rp9 juta).
"Hal ini semakin menunjukan pada
nasabah ini bahwa mereka akan kesulitan membayar tagihan kartu kredit
dan membantu mereka menyadari bahwa inilah saatnya untuk membuat
perubahan," katanya.
4. Rokok
Tidak hanya buruk untuk kesehatan, rokok juga menjadi penyakit kanker untuk pengeluaran.
U.S. Centers for Disease Control
and Prevention mencatat warga AS menghabiskan tidak kurang dari US$80
miliar (Rp720 miliar) per tahun untuk membeli rokok.
Thurber mengatakan banyak
nasabahnya menghabiskan US$70 (Rp630 ribu) per minggu atau US$280
(Rp2,52 juta) per bulan untuk sebungkus rokok. Salah seorang nasabahnya
akhirnya memutuskan untuk berhenti merokok begitu mengetahui bahwa dia
sebetulnya bisa menyimpan uang sebesar US$320 (Rp2,88 juta) per bulan.
5. Belanja lewat teleshoping
Beberapa
promosi yang dilakukan lewat tayangan informersial (teleshoping)
seringkali memikat konsumen dan menganggap bahwa transaksi mereka
menguntungkan.
Electronic Retailing Association
mencatat industri infomersial telah mendatangkan keuntungan hingga
US$400 miliar (Rp3.600 triliun) per tahun. Namun bukan rahasia lagi,
banyak barang-barang yang dibeli akhirnya hanya menjadi barang usang
karena tidak pernah digunakan.
Lagi-lagi Thurber mengungkapkan
salah seorang kliennya menghabiskan US$200 (Rp1,8 juta) per bulan untuk
membeli produk dari tayangan infomersial.
6. Beli barang bermerek
Produk
makanan dengan merek yang sudah terkenal mungkin selalu terlihat
menarik dengan tampilannya yang lebih cantik. Namun, itu bukan berarti
mereka lebih baik dibandingkan produk generik lainnya. Ketika harga 9
ounce kotak beras krispies bernilai US$4,79 (Rp43.110) di toko grosir
New York, di toko lain dengan berat 12 ounce hanya bernilai US$1,99
(Rp17.910) dengan kandungan yang sama.
Dengan perbedaan harga US$2-3 (Rp18.000-27.000) sebetulnya bisa memberikan nilai tambah.
"Seringkali seseorang tidak
membeli barang tersebut secara sadar. Masyarakat melakukan itu
(pembelian) karena produk tersebut sudah terkenal dan tidak lagi
berpikir ulang," kata salah satu pendiri perusahaan Wealth Management
Lassus Wherley, Diahann Lassus.
Lassus mengatakan, harga produk
generik seringkali lebih rendah 5-10 persen dibandingkan produk
bermerek. Bahkan, kalaupun hanya ada satu produk generik yang tersedia,
Lassus memperkirakan masyarakat bisa menabung sekitar US$50-75
(Rp450-675 ribu) per bulan jika uang belanja yang disediakan sebesar
US$500-600 (Rp4,5-5,4 juta).
7. Makan-makan di luar
Makan makanan di luar merupakan salah satu kebiasaan paling mahal yang biasa dilakukan.
Konsumen biasanya menghabiskan
rata-rata US$28,47 (Rp256.230) untuk setiap makanan di sebuah restoran
pada 2010 dengan rata-rata restoran yang dikunjungi sebanyak 82
restoran. Data tersebut diperoleh dari Mint.com.
Bar dan alkohol juga menjadi
salah satu pengeruk uang masyarakat. Mereka menghabiskan lebih banyak
uang untuk membeli alkohol ketika menggelar makan malam tahun lalu.
Rata-rata masyarakat AS menghabiskan US$42,27 (Rp381.330) setiap kali
mengunjungi Bar.
"Ini mengagumkan bagi saya.
Ketika seseorang meminta sumbangan US$20, Anda berpikir nilai itu sangat
besar untuk diberikan. Namun, Anda tidak berpikir lagi ketika harus
mengeluarkan US$100 untuk sebuah makan malam," kata Tom Orecchio dari
Modera Wealth Management
8. Kartu keanggotaan klub kebugaran yang tak terpakai
Pengeluaran
bulanan secara otomatis merupakan salah satu cara paling mudah untuk
menghabiskan uang Anda. Namun, keputusan untuk membatalkan keanggotaan
klub kebugaran bukanlah perkara mudah, apalagi jika anda selalu memiliki
rutinitas membuat resolusi tahun baru.
Padahal, keanggotaan klub
kebugaran yang tidak terpakai telah membuang ratusan dolar setahun, atau
bahkan dalam jangka waktu sebulan untuk saran kebugaran yang lebih
baik.
Lassue mengungkapkan, salah satu
kliennya menghabiskan tidak kurang dari US$75 (Rp675 ribu) per bulan
untuk membayar keanggotaan klub kebugaran yang tidak pernah dipakainya.
Padahal, pada akhirnya dia menyadari ada langkah lebih murah untuk
berolahraga yaitu membeli alat olahraga di rumah.
9. Transaksi harian via Internet
Transaksi
harian melalui internet pada prinsipnya membeli barang pada saat ini,
namun pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun, pada
kenyataannya, banyak voucher transaksi yang dilakukan tidak pernah
dibayar.
Lifesta, sebuah situs yang
khusus membeli voucher yang tidak terpakai, memperkirakan sekitar 20
persen dari transaksi harian lewat internet tidak pernah terpakai.
Kondisi ini meningkatkan pemborosan uang hingga US$532 juta (Rp4,78
triliun) yang tercatat dari perkiraan transaksi lewat jaringan, di mana
transaksi harian diperkirakan bakal tumbuh 138 persen menjadi US$2,66
miliar (Rp23,94 triliun) pada 2011.
10. Paket televisi kabel dan layanan telepon
Program paket tidak selalu berarti sebuah transaksi jika Anda tidak menggunakan layanan ekstra yang seharusnya dibayar.
Konsumen biasanya seringkali
terpikat dengan tawaran paket televisi kabel, internet atau telepon
karena mengurangi tagihan pada tahun pertama atau batas waktu tertentu.
Namun, membayar 500 channel yang tidak Anda tonton, atau pesan singkat
tak terbatas yang tidak terpakai, merupakan salah satu cara untuk
menghamburkan yang.
"Masyarakat seringkali memiliki
rencana yang dianggap bisa dipenuhi, kemudian mereka tidak membandingkan
antara kegunaan dan tagihan yang harus dibayar," ujar Orecchio.
Anda sedang membaca artikel tentang 10 Hal Yang Menyebabkan Uang Cepat Habis dan Anda bisa menemukan artikel 10 Hal Yang Menyebabkan Uang Cepat Habis ini dengan url http://gratisan69.blogspot.com/2011/12/10-hal-yang-menyebabkan-uang-cepat.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel 10 Hal Yang Menyebabkan Uang Cepat Habis ini jika memang bermanfaat bagi Anda atau teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar