Jumat, 25 Januari 2013

Asal Muasal Seni Merajah Tubuh (Tatto)

Asal Muasal Seni Merajah Tubuh (Tatto) - Bagi sebagian orang, khususnya di Indonesia, orang yang memiliki tato dianggap sebagai pelaku kriminal atau orang yang urakan. Hal ini merujuk pada masa pemerintahan Orde Baru yang saat itu gencar membasmi para penjahat yang sebagian dari mereka memiliki tato ditubuhnya. Namun ternyata anggapan itu salah, tato ternyata memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding hanya sebagai tanda pengenal bagi kriminal. Hal itu terungkap ketika sejarah tato mulai diteliti.

Istilah tato berasal dari kata Tatau dalam bahasa Tahiti, yang berarti “menandakan sesuatu”, yang tercatat pada jurnal seorang ekspedisi bernama James Cook pada 1769. Namun tato itu sendiri sudah ada jauh sebelum kata tato itu populer.

Banyak ilmuwan yang mengira, tato berasal dari peradaban Mesir. Semua bermula ketika ditemukan mumi yang memiliki tato dibadannya. Mumi itu diperkirakan berasal tahun 1300 SM (Sebelum Masehi). Namun seorang dosen Universitas Negeri Padang bernama Ady Rosa beranggapan, tato yang paling tua di dunia adalah tato suku Mentawai yang berada di Sumatra Barat.

Ady Rosa yang telah meneliti tato selama 10 tahun ini memiliki kesimpulan bahwa suku Mentawai sudah mentato badannya sejak kedatangan mereka ke daratan Asia (Indocina), pada jaman Logam, 1500 SM hingga 500 SM. Itu artinya tato suku Mentawai sudah ada lebih dulu sebelum tato yang ditemukan pada mumi di Mesir.

Suku Mentawai atau yang dulu bernama bangsa Proto Melayu ini mentato tubuh mereka bukan tanpa alasan. Tato atau yang mereka sebut Titi merupakan simbol jati diri atau penanda profesi. Seperti seorang pemburu, mereka akan merajah tubuhnya sesuai dengan binatang tangkapannya.

Selain di Mentawai dan Mesir, tato juga ditemukan di Siberia, Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, suku Maori di Selandia Baru hingga suku Dayak di Kalimantan. Setiap suku menerapkan tato sebagai fungsinya masing-masing, seperti suku Dayak yang menggunakan tato sebagai pembeda status kekayaan seseorang. Semakin bertato berarti semakin kaya orang tersebut. Selain itu, bagi suku Dayak, tato juga wujud penghormatan kepada leluhur.

Sedangkan masyarakat Polinesia memfungsikan tato sebagai tanda kedewasaan. Bagi laki-laki, tato akan digambarkan dibawah pinggang menyerupai celana pendek, sementara bagi perempuan, tato diletakkan dipergelangan tangan dan kaki. Di Jepang, ketika Shogun Tokugawa memimpin, tato difungsikan sebagai bentuk ritual yang akhirnya beralih fungsi sebagai tanda keluarga.

Teknik pembuatan tato pun berbeda-beda pada setiap suku. Orang Eskimo menggunakan tulang binatang sebagai jarum, sementara suku Dayak menggunakan duri pohon jeruk sebagai media membuat tato. Tato yang digambarkan pun beragam, sesuai dengan pangkat dan kepercayaan pada setiap suku. Rasa sakit yang diterima saat ditato tidaklah seberapa dibanding dengan harga diri yang didapat setelah tato melekat ditubuh. Dulu tato merupakan bentuk penghormatan dan orang yang mempunyai tato akan semakin dipandang.

Lalu mengapa kini tato menjadi hal yang tabu? Orang yang menggunakan tato akan dicap negatif oleh masyarakat sekitarnya. Tato kini mengalami downgrade makna.

Di Indonesia, ketika Orde Baru berjaya, banyak ditemukan orang yang bertato mati tergeletak di pinggir jalan dengan luka tembakan, tanpa ada yang tahu siapa yang menembaknya. Saat itu ramai dibicarakan tentang Petrus atau Penembak Misterius yang menambaki orang-orang bertato. Semenjak itu orang yang bertato dianggap sebagai pelaku kriminal walaupun itu belum tentu benar adanya.

Kenangan buruk akan kejadian tersebut rupanya membekas hingga beberapa tahun setelahnya, walaupun pemerintahan Orde Baru telah tumbang. Orang-orang yang memiliki tato ditubuhnya akan dikucilkan oleh lingkungan sekitar.

Seiring perkembangan jaman, tato kini kembali mendapatkan posisinya yang mulia, walaupun mengalami pergeseran makna. Tato kini dianggap sebagai sebuah karya seni yang mengagungkan keindahan. Cara pembuatannya pun lebih modern dengan mengutamakan kebersihan agar tidak terjangkit penyakit. Namun tetap saja ada orang yang mencibir ketika melihat orang bertato.

Tato lahir sejak manusia hidup di muka bumi ini. Walaupun mengalami pergeseran makna, namun tato sudah selayaknya mendapatkan tempat tertinggi sebagai penghargaan akan perjalanannya yang panjang. Asal muasal tato mungkin masih bisa diperdebatkan, namun fungsi tato sebagai tanda penghormatan kepada pemakainya merupakan hal mutlak yang tak bisa diganggu gugat. 
 
 
 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar