Rabu, 10 Agustus 2011

Pengganti Dalai Lama Dilantik

http://static.liputan6.com/201108/110808blobsang.jpg
Lobsang Sangay (43), seorang sarjana lulusan Universitas Harvard, dilantik menjadi pimpinan baru pemerintah Tibet di pengasingan menggantikan peran Dalai Lama sebagai pimpinan politik Tibet. Prosesin pelantikan Sangay dipimpin langsung Dalai Lama di Biara Tsuglagkhang, pusat keagamaan di Kota Dharamshala, India, lokasi pemerintahan Tibet di pengasingan berada.

Setelah prosesi tradisional menawarkan teh dan nasi manis, Sangay mengucapkan sumpah jabatannya pada pukul 9.09 waktu setempat. Angka sembilan sendiri dalam tradisi Tibet dikorelasikan sebagai umur panjang.


Meski Dalai Lama yang kini berusia 76 tahun tetap menjadi salah satu pembuat kebijakan utama selain pemimpin spiritual, transisi ini membuat Sangay menjadi tokoh yang lebih terkemuka ketimbang pendahulunya itu. Dan Sangay, yang menjabat sebagai perdana menteri itu, menghadapi tantangan yang luar biasa berat.


Sangay sejak lama mendukung kebijakan Dalai Lama mencari otonomi yang bermakna untuk Tibet di bawah kekuasaan Cina. Namun, usianya yang masih muda dan pernah menjadi anggota Kongres Pemuda Tibet yang pro kemerdekaan memicu spekulasi bahwa Sangay akan memiliki agenda yang jauh lebih radikal.


Dilahirkan di kawasan perkebunan teh di India Utara, Sangay menuntut ilmu di Universitas Delhi sebelum mendapatkan gelar master di Sekolah Hukum Harvard. Dia kemudian tinggal di Amerika Serikat dan menjadi pengajar senior di universitasnya.


Sosoknya tak asing bagi warga Tibet di pengasingan, yang selain mensyaratkan pemeluk agama Buddha, juga menilai kualifikasi profesional warganya sebagai aset penting untuk kepemimpinan masa depan. Dalam sebuah wawancara dengan AFP awal tahun ini, Sangay mengatakan Dalai Lama tak tergantikan.


Namun, dia menambahkan ada rasa dahaga komunitas Tibet yang ingin melihat generasi muda mengambil alih kepemimpinan nasional.


Sangay terpilih menjadi perdana menteri pada April lalu, setelah dengan mudah mengalahkan dua pesainggnya dengan merebut 55 persen suara dari 49.000 warga Tibet pelarian.(ADO)




Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar