Ternyata Vaksin Tidak Baik Untuk Kesehatan - Mungkin hal ini terlihat extreme,
karena Vaksin yang selama ini dikenal sebagai perangsang untuk
menimbulkan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu, justru dianggap
tidak baik untuk kesehatan. Mengapa?
Yang sebenarnya IMUN Is ASI (Air Susu Ibu), bukan Imunisasi melalui Vaksinasi. Pada dasarnya, tujuan Imunisasi ialah untuk memberi kekebalan terhadap suatu penyakit. Imunisasi sendiri berasal dari kata imun yang berarti kebal.
Jika seorang anak diimunisasi, artinya ia diberikan vaksin untuk merangsang timbulnya kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Oleh karenanya, seseorang yang divaksinasi akan kebal terhadap suatu penyakit, akan tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Para ibu yang baru/masih mempunyai Balita, ada baiknya mengetahui "Bahaya" dibalik Imunisasi dan mengapa pelaksanaan Imunisasi secara Nasional, seperti Pekan Imunisasi Nasional demikian profesionalnya di negeri kita.
Dari Puskesmas melalui Kementrian Kesehatan dan sekolah-sekolah melalui Mendiknas, tidak ada balita/anak Indonesia yang luput dari Imunisasi. Padahal, sebenarnya hal itu akan melemahkan tubuh bayi/anak di masa yang akan datang, seperti penyakit asma, dll.
Pada kenyataannya, ada anak yang sudah di imunisasi campak, akan tetapi kenapa masih juga terkena penyakit campak/kerumut. Dan secara logika, sebagai orang yang awam, kita pasti bisa berpikir, apakah Tuhan yang telah memberi kita hidup di muka bumi ini, memberi kita dengan penuh kelemahan, sehingga dapat dengan mudah terserang oleh virus-virus penyakit.
Pada dasarnya, hal ini merupakan upaya dari sekelompok orang yang telah dengan sengaja untuk menciptakan kelemahan tertentu pada jangka waktu tertentu, yang kemudian jika terkena penyakit, maka obat yang mereka jual akan laku dipasaran (Baca buku : Vaksinasi - Dampak Konspirasi - Pengarang : Ummu Salamah Hajjam).
Laporan dari "Vaccines: Get the Full Story", sangat ditunggu-tunggu di seluruh dunia dalam mengungkap masalah Vaksin yang diperdebatkan kegunaannya serta dampak sampingannya yang buruk bagi kesehatan manusia, terutama anak.
Laporan ini dibuat oleh tidak kurang dari team yang berisikan 80 orang ahli peneliti dan praktisi kesehatan resmi, yang mewakili dokter anak, ahli otak, professor pathology, ahli kimia, biologi dan immunologi.
Sejumlah hal-hal yang mengejutkan di ungkap dalam laporan ini, yaitu sebagai berikut :
Pernahkah Anda bertanya mengapa sering para dokter tidak dapat mengetahui sumber dari sejumlah penyakit?
Ternyata mereka tidak mengerti hubungan antara penyakit dan vaksin. Berikut ini adalah sejumlah penyakit yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan vaksin : Alergi, Arthritis, Asthma, Autism, Cancer, Diabetes, Penyakit ginjal, Keguguran, berbagai penyakit syaraf dan berbagai penyakit lainnya.
Autism (Autis) yang berulang kali dibantah berhubungan dengan vaksin, ahirnya dibenarkan dapat terjadi akibat vaksin. Pabrik farmasi dan industri asuransi kesehatan dan system kesehatan dikatakan benar bertambah kaya bila Anda sakit.
Dikatakan, bahwa vaksin tidak akan memberi kekebalan yang lama atau seumur hidup, dengan demikian perlu diberi suntikan “booster”, dimana setiap kali dilakukan, maka dampak sampingnya semakin besar.
Dampak sampingan vaksin ini dapat mengakibatkan penyakit yang di derita seumur hidup. Secara sinis disebutkan juga, bahwa ternyata banyak obat-obat tertentu yang diproduksi khusus untuk menyembuhkan dampak sampingan vaksin.
Di Amerika (dan juga di banyak negara lain), pabrik obat dan para dokter tidak dapat dituntut dan dipenjarakan bila terjadi dampak samping yang merugikan masyarakat. Disana mereka-mereka ini dilindungi oleh undang-undang.
Kebanyakan para dokter dan praktisi kesehatan tidak melakukan vaksinasi bagi dirinya dan anak-anaknya. Mengapa?
Mereka tahu, bahwa vaksin itu tidak aman dan tidak efektif. Mereka tahu, bahwa vaksin itu berbahaya. Mereka sering mengobati pasien yang sakit akibat dampak sampingan vaksin.
Siapa yang menggaruk untung dari penjualan Vaksin?
Pertama-tama adalah pabrik Farmasi. Mereka menguasi dan mengontrol seluruh system kesehatan, rumah-rumah sakit, universitas, klinik dan toko obat. Pabrik obat mengantongi puluhan Triliun rupiah dari bisnis ini.
Dokter-dokter berpraktek secara buta-butaan dan tidak berani mempertanyakan ke efektifan dan bahaya vaksin. Bila dilakukan, ini dapat menghancurkan karir dan periuk nasi mereka.
Pabrik obat juga mengambil untung dari penjualan obat untuk menyembuhkan dampak sampingan vaksin tadi. Kedua adalah rumah sakit yang menampung korban dari dampak sampingan ini.
Secara keseluruhan, vaksin ternyata merupakan tulang belakang dari system kesehatan kita dalam arti yang buruk. Tanpa adanya vaksin, maka dapat dipastikan, bahwa ongkos kesehatan akan berkurang jauh, karena kita akan memiliki masyarakat yang lebih sehat secara keseluruhan.
Pernyataan ini perlu digaris bawahi dan sangat keras, kita menggantikan cacar air dengan Autis, menggantikan flu dengan astma, mengganti radang telinga dengan diabetes dan daftar penyakit ini memanjang.
Untuk menghindari penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya, kita menggantikan penyakit sementara ini dengan penyakit seumur hidup yang menurunkan kualitas hidup secara drastis.
Ada berapa macam vaksin yang diketahui saat ini? Di Amerika, setiap anak diberi 35 suntikan yang ternyata mengandung 113 jenis partikel dari penyakit, berisi 4 macam sel binatang dan DNA nya, berisi DNA dari tissue bayi hasil abortus dan berisi albumin manusia.
Apa yang menyebabkan Vaksin berbahaya bagi kesehatan?
Virus dan bakteri dari kultur sel binatang dimana vaksin diproduksi. Sejumlah bahan metal mercury, almunium yang menyebabkan kerusakan syaraf dan kerusakan otak; Sel hewan dari monyet, ginjal anjing, ayam, sapi dan manusia; Formalin yang diketahui carcinogen. Gelatin dari hewan babi dan sapi; Polysorbate yang diketahui menyebabkan wanita mandul; MSG yang menyebabkan kekacauan metabolisme dan diabetes, kejang-kejang dan gangguan syaraf.
Apakah ada masalah konflik kepentingan di dalam bisnis ini?
Jelas ada. Di beberapa negara, dokter anak diberikan bonus atas jumlah vaksin yang diberikan kepada anak-anak. Konflik kepentingan lain terlihat manakala representatif dari pabrik obat selalu duduk pada badan-badan kesehatan nasional dan mendorong penggunaan vaksin.
Apakah ada penelitian yang membandingkan kesehatan antara anak yang diberi Vaksin dan yang tidak?
Ternyata ada. Dari survey pada 17.674 orang anak didapatkan bahwa : anak-anak yang divaksinasi menderita lebih banyak astma sebesar 140%, ADHD (kelainan perangai anak, cenderung hyperaktif) sebesar 317%, masalah neurology sebesar 185%, dan autism sebesar 146%, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diberi vaksin.
Apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat?
Disini dicantumkan beberapa saran dari sekian banyak hal yang perlu diketahui oleh orangtua atau masyarakat : "Katakan TIDAK untuk Vaksin". Anda memiliki hak untuk menolaknya. Orangtua tidak memerlukan dokter anak untuk memeriksa anaknya secara berkala, menimbang dan kemudian memberi suntikan vaksin.
Pergi ke dokter lain atau dokter umum untuk hal ini. Mengapa? Karena dokter yang mendorong pemberian vaksin umumnya adalah dokter anak (pediatrician). Bayi dilahirkan dengan kemampuan hidup yang tinggi dan tidak memerlukan vaksin. Orangtua perlu mempelajari tentang kesehatan anak, mengapa mereka demam dan seterusnya, belajar mengenai nutrisi dan informasi kesehatan lainnya.
Belajarlah tentang vaksin lebih pintar dari dokter Anda. Kemungkinan sekali para dokter tidak pernah tahu persis mengenai vaksin, kecuali info yang diberikan oleh pabrik pembuatnya yang tentunya memuji-muji tentang kegunaan vaksin dan menakut-nakuti tentang bahaya bila tidak diberikan vaksin.
Semoga laporan ini mengakhiri polemik tentang bahaya tidaknya vaksin dan pemerintah perlu mengambil sikap yang tegas dalam penggunaan vaksin didalam program-program kesehatannya.
Harus disadari, hal ini akan membuat banyak pihak yang berang, merasa terancam dan menolak isi studi ini, termasuk juga didalamnya para birokrat dan praktisi kesehatan. Diprediksi, bahwa akan butuh 10-20 tahun lagi bagi seluruh negara untuk menghapus penggunaan vaksin ini.
Sebaliknya untuk keluarga-keluarga yang lebih cerdas seperti Anda, penggunaan vaksin dapat Anda stop dimulai dari sekarang dan jadilah orang yang mau mencermati segala sesuatu dengan baik, melalui pikiran dan hati, serta berpikir skeptis dengan apa yang Anda lihat, dengar, dan rasakan.
Yang sebenarnya IMUN Is ASI (Air Susu Ibu), bukan Imunisasi melalui Vaksinasi. Pada dasarnya, tujuan Imunisasi ialah untuk memberi kekebalan terhadap suatu penyakit. Imunisasi sendiri berasal dari kata imun yang berarti kebal.
Jika seorang anak diimunisasi, artinya ia diberikan vaksin untuk merangsang timbulnya kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Oleh karenanya, seseorang yang divaksinasi akan kebal terhadap suatu penyakit, akan tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Para ibu yang baru/masih mempunyai Balita, ada baiknya mengetahui "Bahaya" dibalik Imunisasi dan mengapa pelaksanaan Imunisasi secara Nasional, seperti Pekan Imunisasi Nasional demikian profesionalnya di negeri kita.
Dari Puskesmas melalui Kementrian Kesehatan dan sekolah-sekolah melalui Mendiknas, tidak ada balita/anak Indonesia yang luput dari Imunisasi. Padahal, sebenarnya hal itu akan melemahkan tubuh bayi/anak di masa yang akan datang, seperti penyakit asma, dll.
Pada kenyataannya, ada anak yang sudah di imunisasi campak, akan tetapi kenapa masih juga terkena penyakit campak/kerumut. Dan secara logika, sebagai orang yang awam, kita pasti bisa berpikir, apakah Tuhan yang telah memberi kita hidup di muka bumi ini, memberi kita dengan penuh kelemahan, sehingga dapat dengan mudah terserang oleh virus-virus penyakit.
Pada dasarnya, hal ini merupakan upaya dari sekelompok orang yang telah dengan sengaja untuk menciptakan kelemahan tertentu pada jangka waktu tertentu, yang kemudian jika terkena penyakit, maka obat yang mereka jual akan laku dipasaran (Baca buku : Vaksinasi - Dampak Konspirasi - Pengarang : Ummu Salamah Hajjam).
Laporan dari "Vaccines: Get the Full Story", sangat ditunggu-tunggu di seluruh dunia dalam mengungkap masalah Vaksin yang diperdebatkan kegunaannya serta dampak sampingannya yang buruk bagi kesehatan manusia, terutama anak.
Laporan ini dibuat oleh tidak kurang dari team yang berisikan 80 orang ahli peneliti dan praktisi kesehatan resmi, yang mewakili dokter anak, ahli otak, professor pathology, ahli kimia, biologi dan immunologi.
Sejumlah hal-hal yang mengejutkan di ungkap dalam laporan ini, yaitu sebagai berikut :
Pernahkah Anda bertanya mengapa sering para dokter tidak dapat mengetahui sumber dari sejumlah penyakit?
Ternyata mereka tidak mengerti hubungan antara penyakit dan vaksin. Berikut ini adalah sejumlah penyakit yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan vaksin : Alergi, Arthritis, Asthma, Autism, Cancer, Diabetes, Penyakit ginjal, Keguguran, berbagai penyakit syaraf dan berbagai penyakit lainnya.
Autism (Autis) yang berulang kali dibantah berhubungan dengan vaksin, ahirnya dibenarkan dapat terjadi akibat vaksin. Pabrik farmasi dan industri asuransi kesehatan dan system kesehatan dikatakan benar bertambah kaya bila Anda sakit.
Dikatakan, bahwa vaksin tidak akan memberi kekebalan yang lama atau seumur hidup, dengan demikian perlu diberi suntikan “booster”, dimana setiap kali dilakukan, maka dampak sampingnya semakin besar.
Dampak sampingan vaksin ini dapat mengakibatkan penyakit yang di derita seumur hidup. Secara sinis disebutkan juga, bahwa ternyata banyak obat-obat tertentu yang diproduksi khusus untuk menyembuhkan dampak sampingan vaksin.
Di Amerika (dan juga di banyak negara lain), pabrik obat dan para dokter tidak dapat dituntut dan dipenjarakan bila terjadi dampak samping yang merugikan masyarakat. Disana mereka-mereka ini dilindungi oleh undang-undang.
Kebanyakan para dokter dan praktisi kesehatan tidak melakukan vaksinasi bagi dirinya dan anak-anaknya. Mengapa?
Mereka tahu, bahwa vaksin itu tidak aman dan tidak efektif. Mereka tahu, bahwa vaksin itu berbahaya. Mereka sering mengobati pasien yang sakit akibat dampak sampingan vaksin.
Siapa yang menggaruk untung dari penjualan Vaksin?
Pertama-tama adalah pabrik Farmasi. Mereka menguasi dan mengontrol seluruh system kesehatan, rumah-rumah sakit, universitas, klinik dan toko obat. Pabrik obat mengantongi puluhan Triliun rupiah dari bisnis ini.
Dokter-dokter berpraktek secara buta-butaan dan tidak berani mempertanyakan ke efektifan dan bahaya vaksin. Bila dilakukan, ini dapat menghancurkan karir dan periuk nasi mereka.
Pabrik obat juga mengambil untung dari penjualan obat untuk menyembuhkan dampak sampingan vaksin tadi. Kedua adalah rumah sakit yang menampung korban dari dampak sampingan ini.
Secara keseluruhan, vaksin ternyata merupakan tulang belakang dari system kesehatan kita dalam arti yang buruk. Tanpa adanya vaksin, maka dapat dipastikan, bahwa ongkos kesehatan akan berkurang jauh, karena kita akan memiliki masyarakat yang lebih sehat secara keseluruhan.
Pernyataan ini perlu digaris bawahi dan sangat keras, kita menggantikan cacar air dengan Autis, menggantikan flu dengan astma, mengganti radang telinga dengan diabetes dan daftar penyakit ini memanjang.
Untuk menghindari penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya, kita menggantikan penyakit sementara ini dengan penyakit seumur hidup yang menurunkan kualitas hidup secara drastis.
Ada berapa macam vaksin yang diketahui saat ini? Di Amerika, setiap anak diberi 35 suntikan yang ternyata mengandung 113 jenis partikel dari penyakit, berisi 4 macam sel binatang dan DNA nya, berisi DNA dari tissue bayi hasil abortus dan berisi albumin manusia.
Apa yang menyebabkan Vaksin berbahaya bagi kesehatan?
Virus dan bakteri dari kultur sel binatang dimana vaksin diproduksi. Sejumlah bahan metal mercury, almunium yang menyebabkan kerusakan syaraf dan kerusakan otak; Sel hewan dari monyet, ginjal anjing, ayam, sapi dan manusia; Formalin yang diketahui carcinogen. Gelatin dari hewan babi dan sapi; Polysorbate yang diketahui menyebabkan wanita mandul; MSG yang menyebabkan kekacauan metabolisme dan diabetes, kejang-kejang dan gangguan syaraf.
Apakah ada masalah konflik kepentingan di dalam bisnis ini?
Jelas ada. Di beberapa negara, dokter anak diberikan bonus atas jumlah vaksin yang diberikan kepada anak-anak. Konflik kepentingan lain terlihat manakala representatif dari pabrik obat selalu duduk pada badan-badan kesehatan nasional dan mendorong penggunaan vaksin.
Apakah ada penelitian yang membandingkan kesehatan antara anak yang diberi Vaksin dan yang tidak?
Ternyata ada. Dari survey pada 17.674 orang anak didapatkan bahwa : anak-anak yang divaksinasi menderita lebih banyak astma sebesar 140%, ADHD (kelainan perangai anak, cenderung hyperaktif) sebesar 317%, masalah neurology sebesar 185%, dan autism sebesar 146%, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diberi vaksin.
Apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat?
Disini dicantumkan beberapa saran dari sekian banyak hal yang perlu diketahui oleh orangtua atau masyarakat : "Katakan TIDAK untuk Vaksin". Anda memiliki hak untuk menolaknya. Orangtua tidak memerlukan dokter anak untuk memeriksa anaknya secara berkala, menimbang dan kemudian memberi suntikan vaksin.
Pergi ke dokter lain atau dokter umum untuk hal ini. Mengapa? Karena dokter yang mendorong pemberian vaksin umumnya adalah dokter anak (pediatrician). Bayi dilahirkan dengan kemampuan hidup yang tinggi dan tidak memerlukan vaksin. Orangtua perlu mempelajari tentang kesehatan anak, mengapa mereka demam dan seterusnya, belajar mengenai nutrisi dan informasi kesehatan lainnya.
Belajarlah tentang vaksin lebih pintar dari dokter Anda. Kemungkinan sekali para dokter tidak pernah tahu persis mengenai vaksin, kecuali info yang diberikan oleh pabrik pembuatnya yang tentunya memuji-muji tentang kegunaan vaksin dan menakut-nakuti tentang bahaya bila tidak diberikan vaksin.
Semoga laporan ini mengakhiri polemik tentang bahaya tidaknya vaksin dan pemerintah perlu mengambil sikap yang tegas dalam penggunaan vaksin didalam program-program kesehatannya.
Harus disadari, hal ini akan membuat banyak pihak yang berang, merasa terancam dan menolak isi studi ini, termasuk juga didalamnya para birokrat dan praktisi kesehatan. Diprediksi, bahwa akan butuh 10-20 tahun lagi bagi seluruh negara untuk menghapus penggunaan vaksin ini.
Sebaliknya untuk keluarga-keluarga yang lebih cerdas seperti Anda, penggunaan vaksin dapat Anda stop dimulai dari sekarang dan jadilah orang yang mau mencermati segala sesuatu dengan baik, melalui pikiran dan hati, serta berpikir skeptis dengan apa yang Anda lihat, dengar, dan rasakan.
Anda sedang membaca artikel tentang Ternyata Vaksin Tidak Baik Untuk Kesehatan dan Anda bisa menemukan artikel Ternyata Vaksin Tidak Baik Untuk Kesehatan ini dengan url https://gratisan69.blogspot.com/2012/08/ternyata-vaksin-tidak-baik-untuk.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Ternyata Vaksin Tidak Baik Untuk Kesehatan ini jika memang bermanfaat bagi Anda atau teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar