Minggu, 22 April 2012

Foto Kemegahan Konser Dream Theater di Jakarta

http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Dream-Theater.jpg
Ribuan orang berkaus hitam berkerumun di depan pintu masuk Mata Elang International Stadium (MEIS), Ancol, Jakarta, Sabtu sore, 21 April 2012. Mereka punya satu tujuan: melihat aksi band dedengkot progresif metal, Dream Theater.

Penonton membuat empat barisan sepanjang kurang lebih 100 meter dari dua sudut berbeda untuk mengantre masuk sekitar pukul 18.00. Dan, ketika pintu masuk ke area konser dibuka pihak penyelenggara sekitar pukul 19.15 WIB, suasana malam itu semakin riuh dengan teriakan penonton.

Mengawali aksinya pukul 21.00 WIB, Dream Theater memilih sampling Dream Is Collapsing sebagai intro dengan diiringi tata lampu spektakuler dan megah. Dream Is Collapsing adalah komposisi milik komposer asal Jerman, Hans Zimmer, yang merupakan soundtrack film Inception.

John Petrucci (gitar), John Myung (bas), Jordan Ruddess (keyboard), dan Mike Mangini (drum) mulai beriringan masuk ke panggung, kecuali LaBrie, sang vokalis. Gaharnya gesekan gitar Petrucci untuk intro Bridges In The Sky dari album terbaru yang dirilis tahun lalu, A Dramatic Turn of Events, menandai kesiapan mereka menggebrak Ancol malam itu.


Suasana kian memanas saat LaBrie muncul. Penampilan pertama mereka begitu memukau penonton. Apalagi aksi mereka juga didukung tata panggung yang terbilang mewah. Bagaimana tidak, selain konsep 'wah' pada tata cahaya, penonton bisa melihat secara detail permainan Ruddess dan Mangini melalui empat layar lebar. Ya, terdapat kamera kecil di atas keyboard dan drum kit!

6.00 yang diambil dari album Awake (1994) menjadi lagu kedua mereka. Sebagai salah satu karya lawas mereka, penonton seolah diajak mengingat permainan keyboard personel lamanya, Kevin Moore. Awake merupakan album terakhir bagi Moore sebelum hengkang dari Dream Theater, yang kemudian digantikan Ruddes hingga sekarang.

Setelah membawakan Build Me Up Break Me Down (A Dramatic Turn of Events, 2011), sekitar 8.000 penonton diajak kembali bernostalgia. LaBrie cs memilih lagu Surrounded dari album kedua mereka, Images and Words. Tempo santai pada intro Surrounded memudahkan penonton untuk sing along mengikuti LaBrie sampai pertengahan lagu.


Setelah itu, gemuruh suara sampling bernuansa horor terdengar di venue disusul sorotan lampu warna-warni sebagai pembuka lagu The Root of All Evil (Octavarium, 2005). Meski terdengar rumit, penonton terlihat begitu menikmati sampai lagu tersebut berakhir klimaks.

Selain mempromosikan album terbaru mereka, konser ini juga sebagai momen pengenalan penggebuk drum anyar Dream Theater, Mike Mangini. Ia menemani LaBrie cs setelah personel lamanya sekaligus pendiri Dream Theater, Mike Portnoy, mengundurkan diri pada 2010.

Karena itu, Mangini diberikan jatah spesial unjuk gigi sendiri di atas panggung. Berbagai teknik drum Mangini pada drum kit-nya yang terbilang super lengkap itu berhasil membuat penonton berdecak kagum. Apalagi saat musikus yang pernah memperkuat band heavy metal, Extreme, dan punya proyek musik dengan Steve Vai ini melakukan rolling silang pada tam-tamnya.


Usai itu, berturut-turut mereka membawakan A Fortune In Lies (When Dream and Day Unite, 1989) dan Outcry (A Dramatic Turn of Events, 2011). Kemudian disusul dua lagu The Silent Man (Awake, 1994) serta Beneath The Surface (A Dramatic Turn of Events, 2011) yang dimainkan secara akustik.

Masih dari album terbaru mereka, On The Backs of Angels didaulat menjadi lagu selanjutnya. Di tengah lagu, dominasi keyboard Rudess begitu kentara. Sebelum berakhir, penonton seolah dihipnotis sejenak untuk ber-headbang dengan nuansa thrash metal. Sebab terdengar jelas teknik gitar updown stroke patah-patah Petrucci saat itu.

Sebelum menghibur dengan lagu andalannya, The Spirit Carries On, yang dicomot dari album Metropolis, Part 2: Scenes From a Memory (1999), Ruddess dan Petruci sempat melakukan solo. Penonton tak henti-hentinya bertepuk tangan karena kagum melihat permainan apik keduanya.


Breaking All Illusions (A Dramatic Turn of Events, 2011) menjadi tanda masuk sesi encore. Tak berselang lama, hits single dari album Images and Words, yaitu Pull Me Under, kembali memacu adrenalin pada malam itu.

"Pull me under Pull me under..Pull me under I'm not afraid..
All that I feel is honor and spite..All I can do is to set it right..," begitu penonton ber-sing along.

Pull Me Under menjadi lagu perpisahan Dream Theater dengan penonton malam itu. Tak terasa, sudah dua jam lebih mereka beraksi di atas panggung. "Hati-hati di jalan. Jaga diri kalian semua. Sampai ketemu lagi. Terima kasih," teriak LaBrie yang langsung disambut histeria penonton. (sumber)
http://image.tempointeraktif.com/?id=116267&width=620
 http://image.tempointeraktif.com/?id=116269&width=620
 http://image.tempointeraktif.com/?id=116271&width=620
 http://image.tempointeraktif.com/?id=116276&width=620
 http://image.tempointeraktif.com/?id=116270&width=620
 http://image.tempointeraktif.com/?id=116268&width=620

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar